Rabu, 19 September 2012

My Task 'bout EQ

Emotional Quotient (EQ)
        Kecerdasan seseorang tidak akan berarti apa-apa jika emosi[1] yang berkuasa.[2] Karena  kecerdasan emosional (Emotional Question disingkat EQ) mencakup kesadaran diri[3], kendali dorongan hati, empati, kecakapan sosial, semangat dan ketekunan serta kemampuan memotivasi diri sendiri. Dengan kata lain, EQ adalah kemampuan mengenali emosi diri sendiri dan orang lain. Sebab, EQ memegang peranan penting dalam mencapai kesuksesan seseorang, bahkan jauh lebih tinggi dari Intelligence Quotient (IQ).[4]
EQ merupakan inti kemampuan pribadi dan sosial atau kunci utama keberhasilan seseorang. Banyak contoh di sekitar kita membuktikan orang yang mempunyai gelar tinggi belum tentu berbanding lurus/sukses di dunia pekerjaan. Seringkali mereka yang berpendidikan formal lebih rendah, lebih berhasil di dunia pekerjaan. Hal itu dikarenakan kecerdasan akademis hanya sedikit saja kaitannya dengan kecerdasan emosianal. Contohnya, orang yang ber-IQ tinggi dapat menjadi pilot professional yang tak cakap dalam kehidupan pribadi mereka.[5]
Orang yang secara emosional cakap (mengetahui dan  menangani perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca menghadapi perasaan orang lain dengan efektif) memiliki keuntungan dalam hubungan asmara dan persahabatan atau dalam menangkap aturan-aturan tak tertulis yang menentukan keberhasilan dalam politik organisasi. Orang dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkianan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pemikiran yang mendorong produktivitas mereka.[6]
Dalam hal ini, para orang tua semestinya memiliki persiapan bagi anak-anaknya untuk menghadapi kemajuan IPTEK. Mudahnya akses internet sebagai sumber berbagai informasi harus disikapi secara bijak dengan tidak menghalangi penggunaannya namun tetap mengontrol anak-anaknya. Jika anak dibiarkan terlalu lama berada di depan komputer atau laptop untuk akses internet atau bermain game, anak tersebut akan memiliki kemampuan bersosialisasi yang rendah. Padahal, lingkungan tempat bersosialisasi adalah salah satu bentuk pembinaan EQ. Peran memperbaiki diri untuk mencapai EQ yang matang tidak hanya datang dari diri sendiri, tapi juga dari lingkungan yang mencakup seluruh aspek, misalnya stasiun televisi.
Dalam membimbing anak pun sangat dibutuhkan kecerdasan emosional. Didalam buku Cara-Cara Efektif Mengasah EQ Remaja, Maurice J. Elias memberikan penjelasan cara mengasuh anak agar mereka terhindar dari masalah-masalah yang terkadang timbul pada masa-masa remaja. Seperti pergaulan bebas, seks pranikah, narkoba dan tawuran. Caranya yaitu dengan membekali mereka dengan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional disini yang dimaksudkan ialah dengan memberikan kasih, kelakar, kaidah dan koneksi (membina hubungan baik) dengan mereka.[7]



[1] Didalam kamus Oxford, emotion mempunyai arti: a strong feeling of any kind:love, joy, hate, fear and jealousy all are emotions. (Oxford advanced Learner’s Dictionary. New York: Oxford University)
[2] Daniel Goleman, 1995.  Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional). (Terjemahan oleh T. Hermaya. 2006. Jakarta: Gramedia Pustaka). h.5
[3] Kesadaran diri bukanlah perhatian yang larut kedalam emosi, maupun bereaksi secara berlebihan. Tetapi kesadaran diri merupakan modus netral yang mempertahankan refleksi diri bahkan ditengah badai emosi.
[4]Desinta, pentignya mengelola emotional question, http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1963794-pentingnya-mengelola-emotional-question/#ixzz26DiEIjrN, terakhir diakses 13 September 2012 jam 13.30 WIB
[5] Ibid, h.44
[6] Ibid, h.48
[7] J. Elias Maurice, 2004, Cara-Cara Efektif Mengasah EQ Remaja : Mengasuh dengan Cinta, Canda dan Disiplin, (Bandung: Kaifa), h.56-81

Tidak ada komentar:

Posting Komentar